Culture Views Of Metalhead "Soloensis Band" Through Semiotics Ferdinand De Saussure
DOI:
https://doi.org/10.32534/jike.v6i2.3674Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjadikan celah fenomena menarik bagi peneliti dan akan dijadikan sebagai fokus penelitian dalam perspektif semiotika untuk memahami makna pada representasi budaya hardcore. Objek pada penelitian ini menunjukan bahwa musik dengan genre metal dan rock juga dapat mempengaruhi pola komunikasi simbolik (moshing) dan tradisi dalam sebuah kebudayaan, serta subjek penelitian ini adalah band Soloensis sebagai band dengan genre metal, serta remaja yang melakukan moshing. Fenomena berkembangnya genre pada musik dan adanya subkultur dari beberapa genre, salah satunya subkultur hardcore dalam komunitas metalhead dalam genre musik metal dan sejenisnya yang ditandai dengan banyaknya acara konser musik (gigs). Dikutip dari artikel Indonesiana.id bahwa setelah paska pandemi mulai banyak konser musik dan konser musik nasional yang meriah adalah Synchronize Festival yang kebanyakan mengangkat band dengan genre metal atau rock, serta memiliki banyak peminatnya. Perbedaan gaya, tren hingga tradisi yang dilakukan oleh subkultur ini berada pada kalangan metalhead yang memiliki budaya dan tradisi tersendiri, dimana para metalhead menikmati konser dengan melakukan aksi moshing. Pada penelitian ini berfokus menggunakan perspektif semiotika Ferdinand De Saussure terhadap simbol dan makna pada budaya hardcore yang dilakukan metalhead dalam acara konser dengan teori komunikasi interpretasi. Pada perspektif semiotika pada penelitian ini terdapat 2 kesimpulan, yaitu makna penanda (signifier) dan makna petanda (signified).