A KAJIAN SEMIOTIKA DALAM TRADISI TIBAN DARI MASYARAKAT TULUNGAGUNG DAN SEKITARNYA
DOI:
https://doi.org/10.32534/jsfk.v18i1.4268Abstract
Tradisi Tiban merupakan Tradisi yang banyak ditemukan di daerah Tulungagug dan sekitarnya. Tujuan dari dilakukannya Tradisi ini untuk meminta hujan turun setelah lama kemarau dan kekerigan air. Peserta Tiban yaitu para laki-laki akan saling bertarung mencambuk satu sama lainnya, walaupun tercambuk peserta Tiban tidak merasa terluka karena memeliki ilmu atau pegangan yang kuat. Sebelum melakukan Tiban harus meminta izin pada tokoh sekitar dan melakukan upacara sesajen dengan nasi Tumpeng, ayam Ingkung (ayam panggang) dan tidak lupa melakukan sholat Istiqa sebagai bukti tanda bahwa nantinya hujan yang turun berasal dari Allah SWT. Selama Tiban berlangsung akan diiringi oleh musik gamelan agar lebih sakral. Tubuh peserta Tiban yang tercambuk akan mengeluarkan darah, banyak orang menyakini jika darah yang mengalir akan menurunkan hujan. Generasi mudah harus tetap melestarikan Tradisi Tiban, karena terdapat banyak nilai-nilai luhur yang bisa diterapkan untuk kehidupan bermasyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat Jawa juga terkenal mencintai tradisi yang sudah diwariskan oleh leluhur dan berjalan lama, karena merupakan warisan budaya yang bernilai mahal baik secara budaya, material, norma, maupun agama.