https://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/issue/feedNIACIN : Nutrition and Food Science Application Journal2023-09-29T11:34:19+07:00Nur Khoiriyahnurkhoiriyah@umc.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>NIACIN (Nutrition and Food Science Application Journal) </strong>adalah terbitan berkala nasional yang memuat artikel penelitian (<em>research article</em>) di bidang gizi dan pangan. <strong>NIACIN (Nutrition and Food Science Application Journal)</strong> menerbitkan paper secara berkala 2 kali setahun (Juni dan Desember) oleh Prodi S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Cirebon. <strong>NIACIN (Nutrition and Food Science Application Journal)</strong> merupakan jurnal <em>peer-reviewed</em> dan <em>open access journal</em> yang berfokus pada ilmu gizi dan pangan. Fokus dan ruang lingkup keilmuan pada <strong>NIACIN (Nutrition and Food Science Application Journal) </strong>adalah gizi klinik, gizi masyarakat, pelayanan dan manajemen penyelenggaraan makanan institusi, gizi olahraga, pangan fungsional, dan pengembangan produk pangan. NIACIN (Nutrition and Food Science Application Journal) diharapkan dapat menyampaikan temuan ilmiah di bidang gizi dan pangan kepada para pembaca maupun praktisi di bidang gizi dan pangan.</p> <p> </p>https://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/article/view/4835Karakteristik Keluarga, Riwayat Pemberian MPASI, dan Pengetahuan Gizi Ibu tentang MPASI pada Anak di Bawah Dua Tahun2023-09-29T11:26:18+07:00Nur Khoiriyahnurkhoiiriyah@gmail.comFariza Yulia Kartikasarinurkhoiriyah@umc.ac.idMahfuzhoh Fadillah Heryandamahfuzhoh@umc.ac.id<p><strong>Latar belakang</strong>: Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat merupakan aspek penting dalam dua tahun pertama kehidupan anak. Pengetahuan gizi mengenai pemberian MPASI yang dimiliki oleh ibu dapat berpengaruh pada pemenuhan asupan zat gizi dan status gizi anak. <strong>Tujuan</strong>: Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan riwayat usia pemberian MPASI dengan pengetahuan gizi ibu tentang MPASI. <strong>Metode</strong>: Penelitian ini adalah <em>cross sectional study</em> dengan sampel ibu yang memiliki anak 6-24 bulan sebanyak 85 sampel. Variabel yang dianalisis meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik anak, pemberian ASI dan riwayat usia MPASI, serta pengetahuan gizi ibu tentang MPASI. <strong>Hasil</strong>: Hasil analisis menunjukkan usia orangtua berada dalam kategori dewasa muda, lulusan perguruan tinggi (65% dan 56%), pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga (52,9%), pekerjaan ayah sebagai wiraswasta (68,2%), dan pendapatan keluarga berkisar ≤ 2 juta dan 3-5 juta per bulan. Hasil penelitian menunujukkan sebagian besar anak berusia 12- 24 bulan, berjenis kelamin laki-laki, memiliki berat badan lahir ≥ 2500 gram, dan memiliki panjang badan lahir < 50 cm. Sebagian besar sampel memberikan MPASI pada usia 6 bulan (75,3%) dengan tetap memberikan ASI pada anak (73%). Lebih dari separuh pengetahuan ibu (67,0%) berada dalam kategori sedang dan sebanyak 21,2% dalam kategori baik. Tingkat pendidikan ibu (r=0.222, p=0.041), pendidikan ayah (r=0,233, p=0.032), pendapatan keluarga (r=0,235, p=0,030), dan usia anak (r=-0,231, p=0,034) memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan gizi ibu tentang MPASI. <strong>Simpulan</strong>: Tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga harus ditingkatkan untuk menunjang peningkatan pengetahuan gizi pada ibu untuk menunjang pengasuhan dan pemberian makan pada anak.</p>2023-06-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Nur Khoiriyah, Fariza Yulia Kartikasari, Mahfuzhoh Fadillah Heryandahttps://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/article/view/4814Penilaian Kualitas Makan Remaja Menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan Indeks Makan Sehat (IMS)2023-09-25T10:28:55+07:00Nur Ainiainina0897@gmail.comPriyo Sulistiyonoainina0897@gmail.com<p><strong>Latar Belakang: </strong>Permasalahan gizi remaja di Indonesia salah satunya adalah rendahnya jumlah dan kualitas konsumsi makanan. Rendahnya kualitas konsumsi makanan disebabkan adanya kebiasaan makan yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan, mengurangi atau melebihkan konsumsi makan, konsumsi makanan cepat saji (<em>fast food</em>) dan snack yang tidak sehat, serta konsumsi makanan tidak memenuhi rekomendasi diet. Kualitas makanan remaja masih banyak yang tidak memenuhi gizi seimbang. Penilaian kualitas makanan di Indonesia menggunakan PGS dan di negara maju penilaian kualitas makanan menggunakan Indeks Makan Sehat (IMS). <strong>Tujuan: </strong>Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Kualitas Makan Remaja hasil penilaian menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan Indeks Makan Sehat (IMS). <strong>Metode: </strong>Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Penelitian dilakukan tanggal 8 Februari 2019 di SMA Negeri 3 Kota Cirebon. Populasi penelitian seluruh siswa kelas XI MIPA sebanyak 178 siswa. Sampel 65 siswa diambil secara <em>Proportional Sistematik Random Sampling</em>. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif. <strong>Hasil: </strong>Hasil penilaian kualitas makan menggunakan PGS menunjukan 35.4% siswa dengan kategori kurang, jika menggunakan IMS kategori kurang mencapai 96.9% siswa. <strong>Simpulan: </strong>Penilaian kualitas makan menggunakan dua metode tersebut terjadi perbedaan kategori atau “tidak sama” mencapai 64.6%. Standar nilai kualitas konsumsi makanan IMS lebih tinggi dibandingkan PGS.</p>2023-06-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Nur Aini Nur Aini, Priyo Sulistiyonohttps://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/article/view/4836Pengetahuan, Konsumsi Protein dan Status Gizi Mahasiswa Gizi Politeknik Kesehatan2023-09-29T11:34:19+07:00 Indah Novitamahfuzhoh@umc.ac.idUun Kunaepahmahfuzhoh@umc.ac.idMahfuzhoh Fadillah Heryandafuzo.mahfuzhoh@gmail.com<p><strong>Latar belakang:</strong> Remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan tubuh yang signifikan. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi sedikit banyak baik asupan maupun kebutuhan gizinya dapat meningkat maupun berkurang. Pada masa remaja kebutuhan zat gizi protein pun sangat dibutuhkan untuk masa pertumbuhan. Protein merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Protein juga menjadi bagian utama dari <em>lean body tissue</em>, sebesar 17% dari berat badan. <strong>Tujuan: </strong>Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, konsumsi protein dan status gizi mahasiswa Program Studi DIII Gizi Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. <strong>Metode: </strong>Jenis penelitian ini adalah desktiptif dengan desain <em>cross-sectional.</em> Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 1 dan tingkat 2 Program Studi DIII Gizi Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya sebanyak 80 mahasiswa. Penentuan sampel penelitian menggunakan metode <em>proportional random sampling</em>, didapat sampel sebanyak 45 mahasiswi. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner pengetahuan, kuesioner food record, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung. <strong>Hasil: </strong>Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik cenderung memiliki asupan protein yang sangat kurang (53,3%) dan mahasiswa yang memiliki asupan protein kurang cenderung memiliki status gizi yang normal (31,10%). <strong>Simpulan:</strong> asupan protein mahasiswa Program Studi DIII Gizi Cirebon terdapat pada kategori sangat kurang (53,3%).</p>2023-06-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Mahfuzhoh Fadillah Heryanda, Indah Novita, Uun Kunaepahhttps://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/article/view/4825Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wangunharja2023-09-27T07:18:45+07:00Anisah Desma Fitriahanisahfitriah13@gmail.comLeya Indah Permatasarianisahfitriah13@gmail.comIto Wardinanisahfitriah13@gmail.com<p><strong>Latar Belakang:</strong> <em>Stunting </em>merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita yang tinggi/panjang badannya tidak sesuai dengan umurnya, dan keadaan dimana asupan gizi anak tidak tercukupi dalam waktu yang lama (kronis). Salah satu intervensi gizi spesifik dalam mengatasi masalah gizi adalah dengan menerapkan perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Berdasarkan studi pendahuluan ditemukan prevalensi <em>stunting</em> sebanyak 24,75%. Beberapa dampak <em>stunting</em> pada anak adalah dapat mengalami gangguan kecerdasan otak dan gangguan metabolisme dalam tubuh. <strong>Tujuan: </strong>Menganalisis hubungan perilaku Kadarzi dengan kejadian <em>stunting </em>pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wangunharja Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon. <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan <em>cross sectional study</em> dengan populasi keluarga yang mempunyai balita usia 0-59 bulan sebanyak 205 balita. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 54 balita. Penelitian ini menggunakan teknik <em>simple random sampling </em>dan instrumen terdiri dari kuesioner perilaku Kadarzi. Analisis data uji statistik <em>Chi Square</em> menggunakan <em>SPSS for window</em>. <strong>Hasil: </strong>Hasil analisis menunjukkan perilaku Kadarzi baik sebanyak 21 (38,9%) dan yang belum baik 33 (61,1%). Kejadian <em>stunting</em> sebanyak 35 (64,8%) dan balita normal sebanyak 19 (35,2%). Hasil analisis juga menunjukkan adanya hubungan antara perilaku Kadarzi dengan kejadian <em>stunting</em> di wilayah kerja Puskesmas Wangunharja Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon (p=0.000<em>)</em>. <strong>S</strong><strong>i</strong><strong>mpulan:</strong> Terdapat hubungan antara perilaku Kadarzi dengan kejadian <em>stunting </em>pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wangunharja Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon. Meningkatkan upaya promotif, preventif dan edukasi pendidikan kesehatan keluarga dalam pencegahan, bahaya, dampak dan penanganan <em>stunting</em> perlu dilakukan.</p>2023-06-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Anisah Desma Fitriah Anisah, Leya Indah Permatasari, Ito Wardinhttps://e-journal.umc.ac.id/index.php/NIACIN/article/view/4815Perubahan Jenis Makanan (Sumber, Pemacu, dan Penghambat Zat Besi) pada Ibu Hamil Anemia Sebelum dan Sesudah Optimalisasi Makanan2023-09-25T10:23:30+07:00Suci Dwi Ramadhantiramadhantisucidwi@gmail.comPriyo Sulistiyonoramadhantisucidwi@gmail.com<p><strong>Latar Belakang: </strong>Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat menjadi 48,1% di tahun 2018. Salah satu penyebabnya anemia ibu hamil adalah asupan zat besi dari makanan yang kurang. Asupan zat besi ibu hamil dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan makanan sumber zat besi, pangan pemacu (<em>enhancer</em>) penyerapan zat besi dan mengurangi asupan pangan penghambat (<em>inhibitor</em>).<strong> Tujuan:</strong> Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan jenis makanan (sumber, pemacu dan penghambat zat besi) pada ibu hamil anemia sebelum dan sesudah optimalisasi makanan. <strong>Metode:</strong> Jenis penelitian adalah pre-eksperimen dengan desain <em>one group pre test-post test</em>. Penelitian dilakukan tanggal 1 Januari s/d 5 Maret 2019. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Ibu hamil anemia di Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon sebanyak 10 orang. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode <em>total sampling</em>. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengukuran kadar Hb oleh petugas laboratorium puskesmas. Data dianalisis secara deskriptif. <strong>Hasil: </strong>Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan optimalisasi frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi, untuk kategori “sering” dari 50% meningkat menjadi 100%. Frekuensi konsumsi makanan pemacu penyerapan zat besi, untuk kategori “sering” dari 0% meningkat menjadi 80%. Frekuensi konsumsi penghambat zat besi, untuk kategori “sering” dari 80% menurun menjadi 30%. Kadar Hb Ibu meningkat 1,4 g/dl dengan 90% menjadi tidak anemia. <strong>Simpulan: </strong>Optimalisasi makanan terbukti dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil.</p>2023-06-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Suci Dwi Ramadhanti Suci, Priyo Sulistiyono