Melihat Titik Temu Kemiskinan Dalam Pandangan al-Qur’an dan Alkitab
DOI:
https://doi.org/10.32534/amf.v4i2.3923Kata Kunci:
al-Qur'an, Alkitab, KemiskinanAbstrak
Kemiskinan merupakan problem akut dan multiparaler. Kemiskinan menjadi perhatian tidak hanya terbatas pada lini pemerintahan saja, melainkan juga menjadi perhatian kitab suci agama-agama, tidak terkecuali al-Qur’an dan Alkitab. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif, tulisan bertujuan untuk melihat titik temu bagaimana pandangan al-Qur’an dan Alkitab dalam merespon kemiskinan. Selain itu, artikel ini juga akan mengupas bagaimana solusi yang ditawarkan al-Qur’an dan Alkitab dalam mengentaskan kemiskinan. Artikel ini menemukan bahwa, pertama, kemiskinan merupakan keadaan seseorang yang mendapatkan perhatian khusus baik dalam al-Qur’an maupun Alkitab. al-Qur’an menggunakan term miskin, faqir, da’if mustad’afun, arazil atau arzalun, al-yatîm atau al-yatâma, al-sâil dan al-mahrûm, sedangkan Alkitab menggunakan term ani, dal, ebyon dan ptochos untuk merujuk orang-orang yang tergolong miskin. adanya kesejajaran definitif antara term ptochos dalam Alkitab dengan kata faqir dalam al-Qur’an dan begitu juga term miskin yang ada dalam al-Qur’an juga memiliki kesamaan definitif dengan term penes dalam Alkitab. Kedua, solusi dalam mengentaskan kemiskinan ini, baik dari al-Qur’an maupun Alkitab, setidaknya melalui tiga cara, yaitu a) merekonstruksi pemahaman tentang teologi kemiskinan, b) membangun kesadaran kolektif pemberantasan kemiskinan dan c) membangun semangat etos kerja.