LIVING QUR’AN DAN HADIS DALAM PRAKTIK DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pagelaran Wayang Jelang Ramadan di Yogyakarta)
DOI:
https://doi.org/10.32534/amf.v5i1.2703Kata Kunci:
wayang, living al-Qur'an dan Hadis, Muhammadiyah, dakwah kulturalAbstrak
Sebagai suatu jagad simbolis, teks keagamaan Islam berupa al-Qur’an dan hadis tidak hanya menjadi sesuatu yang dibaca dan dimaknai (sebagai fungsi informatif), tetapi juga menjadi sesuatu yang hidup dalam masyarakat (sebagai fungsi performatif). Penelitian ini mendeskripsikan fenomena living Qur’an dan hadis di lingkup Muhammadiyah lokal, organisasi yang kerap disebut anti budaya. Pada 2002, Muhammadiyah menyusun konsep dakwah kultural yang mengakomodasi kebudayaan sebagai strategi dakwah, dan memberi ruang bagi ekspresi budaya yang tidak bertentangan dengan teks agama. Artikel ini mengungkap fenomena menyambut Ramadan 1438 Hijriah ala warga Ranting Muhammadiyah Tamantirto Utara di Yogyakarta yang mengadakan wayang dengan lakon Wahyu Makutharama. Penelitian ini menemukan bahwa pagelaran wayang yang dipadukan dengan pengajian ini berperan sebagai media dakwah, menjalin ukhuwah, serta ajang rekreasi spiritual. Dalam pementasan ini dibacakan ayat-ayat al-Qur’an dan disampaikan nilai-nilai agama yang bersumber dari teks hadis tentang menyambut Ramadan, karakter pemimpin yang harus dimiliki, dan kewajiban menuntut ilmu.