Ajaran Pokok Mu’tazilah dan Pengaruhnya Pada Kejayaan Umat Islam Zaman Klasik
DOI:
https://doi.org/10.32534/amf.v4i1.2671Kata Kunci:
Mu'tazilah, Rational, Islamic Scholastic Victory, Muslim PhilosopherAbstrak
Mu’tazilah lahir sebagai bentuk reaksi atas perdebatan antara Khawarij dan Murjiah. Mu’tazilah dengan dalil-dalil aqliyahnya mencoba menjawab berbagai persoalan dengan pendekatan rasional. Guna memperkuat argumentasinya, tokoh-tokoh Mu’tazilah membawa pemikiran filsafat Yunani kuno ke dalam khasanah ke-Islaman. Inilah yang mengubah pola pandang Mu’tazilah tentang akal dan Wahyu, yang awalnya akal berperan sebagai penguat Wahyu atau Nash al-Qur’an dan hadits, maka sejak saat itu posisinya menjadi terbalik, akal menjadi sumber argumentasi pertama dalam menjawab berbagai persoalan, sementara al-quran dan hadits dijadikan penguat atas argumentasi rasionalnya. Ini pula yang membedakan Mu’tazilah dengan aliran-aliran kalam lain sehingga sering disebut sebagai Rasionalis Islam. Pemikiran rasionalis ini merupakan hasil persentuhan tradisi intelektual Yunani dengan ajaran Islam melalui penerjemahan berbagai buku berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab pada masa kejayaan Daulah Bani Abbasiyah sehingga lahirlah para pemikir (filosof) muslim terkemuka seperti Al-Kindi, Alfarabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan sebagainya.